Rezeki bisa datang dari pintu yang tidak terduga. Dibarengi ketekunan,
hal sederhana pun bisa jadi pintu mengalirnya rezeki. Setidaknya,
pelajaran itu yang dipetik Casimah (55) atas usaha "rumbah", sejenis
pecel, yang ditekuninya sekitar 30 tahun terakhir. Puluhan juta bisa
diraupnya dalam satu bulan. Kelas konsumennya tak hanya rakyat, tapi
juga kalangan pejabat.
Ditemui beberapa waktu lalu, Casimah menuturkan, usaha rumbah yang dirintis sebenarnya diawali dari keterpurukan ekonomi. Ketika itu, sang suami bekerja serabutan di Jakarta dengan penghasilan seadanya. Sementara tanggungan dapur terbilang besar, harus mencukupi kebutuhan hidup empat anak. Belum lagi jika dihitung dengan biaya pendidikan.
Maka dia mulai mencari celah usaha, dengan berdagang sayuran di sekitar tempat tinggalnya, Desa Tegalurung Kec. Balongan Kab. Indramayu. Dalam perkembangannya, dia melihat ada potensi yang lebih besar dari sayuran. Sejumlah sayuran kemudian diolah dengan cara direbus, kemudian dilengkapi dengan racikan bumbu pedas. Bagi masyarakat setempat, makanan ini disebut rumbah.
Namun, langkah itu tidak sepenuhnya mudah. Pasalnya, penjual produk serupa tak hanya Casimah. Tak kehabisan akal, dia pun memperpanjang waktu jualan dengan "daerah operasi" yang lebih luas. Pagi hari dia menjual rumbah di sekolah, sedangkan siang hingga malam dia berkeliling menjajakan rumbahnya. "Kalau pas bulan puasa, biasanya saya jualan di masjid, sambil nunggu orang pulang tarawih," ujarnya.
Seiring waktu, konsumen rumbah Casimah terus bertambah. Dia pun mulai memberanikan diri untuk membuka lapak di rumahnya, tak lagi berkeliling. Ternyata peminatnya tak berkurang. Pundi-pundi uang pun terus diraupnya setiap hari.
Ditemui beberapa waktu lalu, Casimah menuturkan, usaha rumbah yang dirintis sebenarnya diawali dari keterpurukan ekonomi. Ketika itu, sang suami bekerja serabutan di Jakarta dengan penghasilan seadanya. Sementara tanggungan dapur terbilang besar, harus mencukupi kebutuhan hidup empat anak. Belum lagi jika dihitung dengan biaya pendidikan.
Maka dia mulai mencari celah usaha, dengan berdagang sayuran di sekitar tempat tinggalnya, Desa Tegalurung Kec. Balongan Kab. Indramayu. Dalam perkembangannya, dia melihat ada potensi yang lebih besar dari sayuran. Sejumlah sayuran kemudian diolah dengan cara direbus, kemudian dilengkapi dengan racikan bumbu pedas. Bagi masyarakat setempat, makanan ini disebut rumbah.
Namun, langkah itu tidak sepenuhnya mudah. Pasalnya, penjual produk serupa tak hanya Casimah. Tak kehabisan akal, dia pun memperpanjang waktu jualan dengan "daerah operasi" yang lebih luas. Pagi hari dia menjual rumbah di sekolah, sedangkan siang hingga malam dia berkeliling menjajakan rumbahnya. "Kalau pas bulan puasa, biasanya saya jualan di masjid, sambil nunggu orang pulang tarawih," ujarnya.
Seiring waktu, konsumen rumbah Casimah terus bertambah. Dia pun mulai memberanikan diri untuk membuka lapak di rumahnya, tak lagi berkeliling. Ternyata peminatnya tak berkurang. Pundi-pundi uang pun terus diraupnya setiap hari.
Puluhan tahun berlalu, lapak rumbah masih tetap ditekuni. Saat ini,
usaha tersebut masih terus berkembang. Rumbah dijual di halaman rumah,
dengan gerobak kayu alakadarnya. Usaha dikelola Casimah bersama tujuh
orang anggota keluarga, termasuk suami, anak, dan menantu.
Casimah menuturkan, satu porsi rumbah di warungnya terdiri dari 16 jenis sayuran. Dalam satu hari, dia harus menyiapkan sedikitnya 50 ikat kangkung dan 10 kilogram cabai rawit. Dalam satu kali belanja sayur dan bumbu, kocek yang harus dia keluarkan mencapai jutaan rupiah. Namun tentu saja pengeluaran itu tidak sebesar pendapatan yang terbilang menjanjikan.
"Kalau lagi biasa, satu hari dapat Rp 1,3 juta. Kalau lagi agak ramai, sekitar Rp 2 juta, kadang bisa sampai Rp 3 juta," ujar Casimah.
Konsumen makin beragam. Selain penduduk setempat, banyak konsumen yang datang dari luar kota. Bahkan tak jarang pula terdapat mobil mewah yang parkir tak jauh dari lapak rumbah Casimah.
Dikatakannya, sejumlah pejabat pemerintah daerah serta kepolisian di Indramayu kerap datang untuk menyantap rumbah buatannya. Bahkan disebut-sebut, Iis Dahlia menjadi salah satu pelanggan tetap rumbah Casimah. Tak mengherankan jika foto Casimah bersama pedangdut kenamaan tersebut. "Ada Iis Dahlia, Azis Gagap. Banyak lah, tapi saya enggak hapal satu-satu," tutur Casimah seraya tertawa..
Casimah menuturkan, satu porsi rumbah di warungnya terdiri dari 16 jenis sayuran. Dalam satu hari, dia harus menyiapkan sedikitnya 50 ikat kangkung dan 10 kilogram cabai rawit. Dalam satu kali belanja sayur dan bumbu, kocek yang harus dia keluarkan mencapai jutaan rupiah. Namun tentu saja pengeluaran itu tidak sebesar pendapatan yang terbilang menjanjikan.
"Kalau lagi biasa, satu hari dapat Rp 1,3 juta. Kalau lagi agak ramai, sekitar Rp 2 juta, kadang bisa sampai Rp 3 juta," ujar Casimah.
Konsumen makin beragam. Selain penduduk setempat, banyak konsumen yang datang dari luar kota. Bahkan tak jarang pula terdapat mobil mewah yang parkir tak jauh dari lapak rumbah Casimah.
Dikatakannya, sejumlah pejabat pemerintah daerah serta kepolisian di Indramayu kerap datang untuk menyantap rumbah buatannya. Bahkan disebut-sebut, Iis Dahlia menjadi salah satu pelanggan tetap rumbah Casimah. Tak mengherankan jika foto Casimah bersama pedangdut kenamaan tersebut. "Ada Iis Dahlia, Azis Gagap. Banyak lah, tapi saya enggak hapal satu-satu," tutur Casimah seraya tertawa..
*warung rumbah milik Casimah ini dikenal juga dengan nama "Rumbah
Kopek"..penamaan tersebut berkaitan dengan kelatahan Casimah yang kerap
menyebut kata "kopek".
0 komentar:
Posting Komentar